Dari ragam pangan di hari tertentu maupun hari biasa, yang tidak pernah absen dari hidangan makanan suku Tengger adalah Sambel Tengger.
Dimana bahan sambel dibuat dari lombok tengger/lombok terong, tomat blondhotan dan buah krangean. Tiga bahan ini merupakan rempah khusus yang hanya tumbuh di gunung Bromo dan Semeru dan menjadi ciri khas masakan suku Tengger.
Lombok Tengger merupakan salah satu jenis cabe dengan level pedas yang luar biasa, dengan bentuk mirip paprika dan ukurannya lebih kecil. Cukup satu buah saja untuk membuat secobek sambel Tengger.
Lombok Tengger memiliki kekhasan tumbuh secara liar di sudut ladang yang cukup sinar matahari siang. Pohon lombok ini tidak bisa dikebunkan secara besar besaran dan tidak tahan terhadap pupuk dan pestisida kimia. Pasti mati dalam waktu singkat.
Tomat Blondhotan pun demikian, merupakan tomat liar yang tumbuh di pinggir kebun dan hutan. Bentuknya sejenis dengan tomat cherry. Rasanya asam dan mudah hancur atau lembek bila dimasak atau diuleg.
Tomat Blondhotan yang tumbuh liar ini berumur panjang dan sangat mudah berkembang biak, hingga kadang disebut gulma bagi para petani sayur mayur. Lalu mengapa sambel Tengger selalu ada?
Karena dari situlah disebut sebagai “obat” segala penyakit tercegah masuk, begitulah sambel Tengger dipercaya. Sambel Tengger adalah sahabat sejati semua jenis sayur “kulupan” yang mereka petik dari kebun dan hutan yang tumbuh liar.
Bukan sayur komoditas pasar di kota. “kulup” dan “sambel tengger”adalah pasangan menu yang selalu hadir di meja makan warga suku Tengger. Mengapa kedua barang ini begitu istimewa?
Bisa dilihat dari bahan bakunya yang memiliki keistimewaan bagi kesehatan. Warga suku Tengger cenderung mengkonsumsi makanan dari tanaman yang tumbuh liar tanpa pupuk dan pestisida kimia. Lalu bagaimana dengan hasil pertanian yang mereka jual?
Pertanian yang mereka gunakan untuk dijual, mereka sangat terbuka dengan sistem pertanian modern yang bergantung dengan kebutuhn pasar kota-kota besar di seluruh Indonesia. Seperti kentang, brokoli, wortel, kubis, kembang kol, bawang daun adalah sebagian besar hasil pertanian komoditas desa-desa lereng gunung Bromo dan Semeru. Dimana sebagian besar tidak mereka konsumsi tetapi untuk dijual di pasar pusat Kecamatan. Dan soal penggunaan pestisida maupun pupuk kimia juga menjadi bagian dalam bisnis pertanian mereka.
Warga suku Tengger masih mempertahankan menu tradisional yang sudah ada sejak turun temurun seperti sambel Tengger dan kulupnya serta nasi gerit (jagung putih). Sebab disitulah mereka mendapatkan tidak hanya kenyang tetapi juga sehat.
Bila dikulik satu persatu, bahan yang mereka konsumsi seperti Lombok Tengger atau Lombok terong merupakan salah satu cabe dengan tingkat capsaicin yang sangat tinggi, ini menandakan atsiri Lombok Tengger juga tinggi. Atsiri adalah bagian utama dalam Vitamin C. Begitu pula dengan Tomat Blondhotan yang tak kalah tinggi kandungan vitamin C serta beta karotennya.
(to be continue……)
Penulis : Yuliati Umrah (Director Excecutive of Alit Indonesia)
Editor : Riris Agustina Anggraini