Ibu Yuliati Umrah, Direktur Eksekutif Alit Indonesia, diundang sebagai pembicara dalam acara ATU-Net Student Leader Forum 2 Universitas Airlangga yang diselenggarakan pada Senin, 15 Mei 2023. Acara ini diikuti oleh peserta dari berbagai negara, diantaranya dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, Mesir, dan masih banyak lagi.
Bunda Yuli, sapaan akrabnya, menyampaikan materi tentang Cultural Sovereignty the Core of Nations Future, yang secara spesifik membahas tentang youth critical thinking movement to enhance sustainability aspect of natural source treasure of Indonesia.
Beliau menjelaskan tentang bagaimana kolonialisme yang membawa misi menyebarkan agama dan memenuhi kebutuhan mereka akan pangan dan energi, memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap budaya kita. Sektor agraris menjadi salah satu bidang yang terinvasi, melalui tanam paksa dengan system monokultur.
Setelah masa kemerdekaan, sistem ini mengalami perbaharuan model. Misalnya, industri pembibitan, penggunaan pupuk dan pestisida kimia, dan lainnya. Model ini digunakan dengan menggunakan sistem ijon yang mengikat dan mendesak para petani untuk membayar hutang mereka dengan hasil panen yang dibeli dengan harga murah.
Bunda Yuli juga menjelaskan tentang hasta brata (wareg, waras, wastra, wismo, wasis, waskita, wicaksana, dan waruga) yang merupakan nilai dasar kehidupan yang sudah sejak masa nusantara.
Nilai-nilai dalam hasta brata memberikan kita panduan tentang bagaimana kita bisa bertahan di berbagai kondisi kehidupan. Nilai-nilai ini berawal dari rutinitas yang dilakukan dalam keluarga kita masing-masing.
Kita semua memiliki rutinitas dan tradisi yang membangun identitas, kebiasaan, perspektif, perilaku, hingga sikap kita untuk menghadapi berbagai kondisi dan permasalahan dalam masyarakat.
Untuk itulah, kita harus mengasah lifeskill. Bukan hanya lifeskill membenahi mesin, tapi skill untuk bisa bertahan hidup. Menanam tanaman pangan menggunakan bahan-bahan alami, memasak, mengobati diri dengan bahan-bahan alami, berolahraga dan menjaga kesehatan, dan lainnya.
Disinilah kekuatan budaya dan tradisi kita berperan. Melalui rutinitas, lifeskill, dan kebiasaan kita yang semua itu termuat dalam hasta brata.
Tidak hanya sekedar untuk membuat kita bisa bertahan hidup, tapi juga untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik lagi. Kita tidak akan ketakutan berada di situasi apapun karena kita sudah tahu apa yang bisa kita lakukan untuk bertahan dan merespon berbagai situasi yang ada.
Penjelasan ini kemudian dilanjutkan tentang bagaimana di dalam segala aspek kehidupan terjadi dualisme. Kita tidak dapat menilai sesuatu itu baik atau tidak, jika kita tidak pernah tahu tentang buruk.
Penjelasan yang disampaikan oleh Bunda Yuli ini, mendapatkan sambutan yang sangat antusias dari peserta. Cukup banyak peserta yang bertanya dan ingin menggali lebih dalam, hingga membuat diskusi menjadi lebih dinamis dan interaktif.
Sebelum acara ditutup, Ibu Yuliati Umrah menyampaikan sebuah pesan, “The easiest destroy a nations is destroy the culture and blur their history, the best way to establish nation is encourage your self with your culture as leverage to others as IDENTITY of owner of the source”.
Pesan ini memiliki arti yang cukup mendalam untuk menjadi suatu hal yang dapat kita refleksikan kembali dalam diri kita dan menjadi titik pengobar semangat untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi diri kita dan negara sebagai pemilik sumber daya, khususnya bagi sekitar kita.***(RA/MIS)
Penulis : Riris Agustina Anggraini
Editor : M. Ranau Alejandro