(Surabaya, 27 Juni) 2024 – Theresa Dyah Yunita, seorang mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, menunjukkan bahwa semangat dan dedikasi dapat mengatasi segala keterbatasan. Sebagai mentor dalam program Merdeka Belajar Alit Indonesia, Theresa berhasil membimbing dua muridnya, Annisa dan Angel, untuk berpartisipasi dalam perlombaan fashion tingkat kota, Cak dan Ning Surabaya 2024, meskipun tanpa pengalaman di bidang fashion.
Theresa, yang sehari-hari terlibat dalam program Merdeka Belajar, memiliki motivasi kuat untuk mengembangkan bakat anak-anak dampingan Alit Indonesia. Theresa ingin membuktikan bahwa anak-anak dari bantaran rel kereta api juga bisa berprestasi dan membanggakan orang di sekitarnya. Melalui keterlibatannya, Theresa berharap dapat membuka lebih banyak peluang bagi anak-anak yang selama ini mungkin kurang mendapatkan perhatian dan dukungan.
Annisa dan Angel, murid kelas 5 SD, adalah anak-anak yang didampingi oleh Alit Indonesia melalui program Merdeka Belajar. Angel memiliki minat besar dalam fashion show, sementara Annisa memiliki ketertarikan pada storytelling dan menari. Kedua gadis ini menunjukkan potensi besar dalam bakat mereka masing-masing dan bersemangat untuk mengikuti perlombaan Cak dan Ning Surabaya 2024, yang merupakan ajang bergengsi di kota tersebut.
Perlombaan Cak dan Ning Surabaya 2024 terdiri dari dua babak penyisihan yang menantang. Babak pertama adalah lomba public speaking dalam Bahasa Suroboyoan, di mana peserta harus bercerita tentang wisata di Surabaya. Babak kedua adalah unjuk bakat, yang menguji kemampuan peserta dalam menampilkan keterampilan khusus mereka. Dari 400 peserta, Annisa berhasil lolos hingga 40 besar, sebuah prestasi yang sangat membanggakan dan menunjukkan dedikasi serta kerja keras yang telah mereka lakukan.
Salah satu keterbatasan yang dihadapi Theresa dan murid-muridnya adalah waktu yang sangat terbatas menjelang deadline pendaftaran. Theresa harus membantu murid-muridnya mendapatkan tandatangan dan rekomendasi dari sekolah dengan cepat. Untuk mengatasi hal ini, Theresa langsung menemani Annisa dan Angel ke sekolah agar dokumen yang diperlukan bisa segera diurus. Mereka harus bekerja cepat dan efisien. Setiap menit sangat berharga. Selain itu, persiapan yang dilakukan dalam waktu singkat membuat mereka harus berlatih intensif dengan efektifitas tinggi.
Theresa membimbing Annisa dan Angel dalam berbicara di depan umum dan menulis teks dalam Bahasa Suroboyoan tentang wisata di Surabaya. Menjelang babak penyisihan, Theresa memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai latihan agar mereka siap saat tampil di panggung. Latihan intensif ini dilakukan dalam dua hari terakhir sebelum acara berlangsung, dengan fokus pada peningkatan kepercayaan diri dan keterampilan berbicara. “Saya ingin mereka merasa siap dan percaya diri. Itulah kunci untuk tampil maksimal,” tambah Theresa.
Dalam proses pembimbingan ini, Theresa juga mengajarkan pentingnya kerjasama tim dan bagaimana mengatasi rasa grogi di depan umum. “Saya memberikan mereka tips-tips sederhana, seperti menarik napas dalam-dalam dan membayangkan audiens sebagai teman-teman dekat,” tutur Theresa. Dengan pendekatan yang personal dan penuh empati, Theresa berhasil membuat Annisa dan Angel merasa lebih nyaman dan percaya diri saat tampil.
Prestasi Annisa yang berhasil masuk 40 besar dari 400 peserta membawa kebanggaan tersendiri bagi semua pihak yang terlibat. “Dengan keterbatasan yang ada, bisa lolos hingga 40 besar adalah sebuah pencapaian luar biasa,” kata salah satu orang tua. Prestasi ini juga memberikan dampak positif bagi komunitas, menghilangkan stigma negatif tentang anak-anak yang tinggal di bantaran rel kereta api. “Mereka membuktikan bahwa latar belakang bukan penghalang untuk meraih prestasi,” ujar salah satu pengurus Alit Indonesia.
Selain itu, pengalaman ini juga memberikan inspirasi bagi anak-anak lainnya di komunitas Alit Indonesia. Banyak yang mulai melihat bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, mereka juga bisa mencapai hal-hal besar. “Ini adalah awal dari perjalanan panjang mereka. Saya berharap mereka terus bermimpi besar dan bekerja keras untuk mewujudkan impian mereka,” harap Theresa.
Theresa berharap bahwa prestasi Annisa dan Angel dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak lain. “Saya ingin anak-anak ini bisa melangkah lebih jauh dan menunjukkan bahwa mereka bisa bersaing dan berprestasi,” ujarnya. Theresa membuktikan bahwa dengan semangat dan dedikasi, keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan.
Melalui cerita ini, kita belajar bahwa di balik setiap keberhasilan ada mentor yang berdedikasi dan murid-murid yang penuh semangat. Theresa adalah contoh nyata bahwa ketulusan dan kerja keras dapat membawa perubahan positif, meskipun tanpa pengalaman khusus di bidang yang dituju. Theresa dan murid-muridnya membuktikan bahwa semangat juang dan kerja keras dapat mengatasi segala keterbatasan dan membawa mereka menuju Prestasi yang membanggakan.
Penulis : Muhammad Idham Safi, Editor : M. Ranau Alejandro