Pada pukul 19.00-21.00 WITA, dilaksanakan kelas meditasi khas Jawa bersama Program Manager Alit Indonesia, Rakai Kurmavatara. Pada saat kelas berlangsung, dijelaskan bagaimana proses pelaksanaan meditasi sesuai tradisi Jawa serta penggunaan beberapa jenis bunga seperti bunga mawar, melati, cempaka, dan kenanga untuk membuat sesajen.
Kelas meditasi ini berlangsung dengan khusyuk, dengan mengambil tempat di Puri Blahbatuh, Gianyar. Selain bermeditasi, remaja pun mengetahui sekilas mengenai sejarah Puri.
Hari berikutnya diisi dengan kelas menulis Aksara Bali di daun lontar. Kelas yang berlangsung selama tiga jam ini dilaksanakan oleh duta yang berasal dari Bali yaitu Cok Mas, Ary dan juga Laksmi.
Mereka menjelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan seperti daun lontar, pengrupak, dan kemiri bakar serta mempraktikkan proses nyurat aksara Bali di daun lontar. Antusias peserta dalam menulis kalimat kedalam Aksara Bali begitu terasa, karena hiruk pikuk pertanyaan yang selalu terlontar dari peserta ke para talent.
Selain itu, kelas memasak es daluman juga berlangsung Pendopo Alit Bali. Sebagai salah satu minuman tradisional khas Bali, es daluman dibuat menggunakan daun daluman alami. Ary dan Sastra sebagai duta nasional perwakilan Bali, mengenalkan para duta lainnya mengenai proses pembuatan es daluman dari awal hingga menjadi minuman yang siap diminum.
Kelas tenun dan kelas menari serta memainkan gamelan tradisional Bali dilaksanakan pada hari terakhir yaitu Sabtu, (24/6/2023). Dalam kelas tenun, peserta tidak hanya melihat proses menenun saja, namun proses awal seperti pemintalan kapas, menggulung benang hingga pewarnaan benang pun dibahas dan dipraktekkan langsung dalam kelas ini.
Dilanjutkan dengan kelas menari dan memainkan gamelan khas Bali bertempat di Balai Banjar Tubuh, Blahbatuh. Dalam kelas memainkan gamelan, peserta memilih gamelan yang akan dimainkan. Kemudian intruksi dari pelatih pun diikuti dan menghasilkan lagu yang bernama “Tabuh Gilak Dasar”. Tabuh ini merupakan lagu yang sangat dasar untuk dimainkan oleh pemula.
Semua kelas yang berlangsung pada event ini, sangatlah berbeda dari lainnya. Dikarenakan kelas ini tidak hanya mempraktekkan dari bahan baku hingga jadi, namun sejarah, pakem, serta makna dari setiap atribut yang digunakan dijelaskan dengan percaya diri oleh remaja sekaligus talent dari setiap kelas.
Kesan yang diberikan selama kelas pun positif, seperti peserta lebih menghargai karya industry Indonesia yang ternyata cara pembuatannya tidaklah mudah, serta bertumbuhnya semangat dalam mengembangkan diri bersama lingkungan sosial sekitarnya. Harapannya pelaksanaan event ini dapat berlangsung secara rutin sehingga semakin banyak orang yang tahu dan sadar betapa kayanya budaya serta tradisi di Indonesia.***
Penulis : Ni Kadek Bumi Krismentari
Editor : Riris Agustina Anggraini