10 Oktober 2022
ALIT INDONESIA – “Oh ini aja anak-anaknya, cewek berdua. Ga mau buat anak cowok lagi?” Pertanyaan yang sering dilontarkan masyarakat sekitar kepada orang tua Putu. Putu adalah salah satu perempuan di Bali yang masa kecilnya sering mendengar pertanyaan itu. Pertayaan yang menggambarkan pemikiran masyarakat tentang pentingnya anak laki-laki dalam keluarga di Bali. Ini juga cukup mengganggu masa kecil mereka karena terbayangi pemikiran, apa anak perempuan saja tidak “cukup”.
Masuknya pengaruh asing dari pengunjung manca negara di Bali, mempercepat perkembangan budaya dan membuka pemikiran masyarakat. Fakta ini bertolak belakang dengan ketimpangan yang terjadi di beberapa aspek kehidupan masyarakat. Pengaruh dari mengakarnya budaya patriarki dalam masyarakat Bali menjadi salah satu penyebabnya. Sehingga pengaruh laki-laki di dalam masyarakat Bali lebih mendominasi dari pada perempuan.
Munculnya keinginan mendominasi satu sama lain merupakan sifat alami manusia. Dominasi ini juga terlihat dalam pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang melahirkan gagasan tentang patriarki. Lerner (1986) mendefinisikan patriarki sebagai manifestasi dan institusionalisasi dari dominasi laki-laki pada perempuan di masyarakat. Definisi ini menggambarkan patriarki berkembang melalui ideologi, mekasisme, dan struktur sosial yang lebih memungkinkan laki-laki untuk mendapatkan dan mempertahankan dominasi atas perempuan di berbagai aspek.
World Economic Forum (WEF) telah merilis Global Gender Gap Report 2022, yang mengkaji ketimpangan gender di dunia termasuk Indonesia. WEF mengkategorikan empat bidang dalam penilainnya yaitu anatara lian; pemberdayaan politik, partisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, serta kesehatan dan kelangsungan hidup. Bidang pencapaian pendidikan dan kesehatan, Indonesia mendapatkan skor tinggi masing-masing 0,97 dan 0,9 yang menunjukkan ketimpangan tidak banyak terjadi, meskipun masih di kisaran rata-rata global. Untuk partisipasi dan peluang ekonomi mendapatkan indeks sebesar 0,67. Sedangkan untuk pemberdayaan perempuan di bidang politik, Indonesia masih terbebani dengan indeks yang sangat rendah yaitu 0,169 atau di bawah rata-rata global.

Indeks ketimpangan gender ini mencerminkan kondisi di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satunya di Bali yang menjadi salah satu pusat destinasi pariwisata dunia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2022, data yang disajikan terkait dengan bidang pendidikan, ekonomi dan politik.
Di bidang pendidikan, berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, angka tertinggi untuk laki-laki berada di lulusan SMA/SMK yaitu 543.324 orang. Sedangkan angka tertinggi untuk perempuan berada di lulusan SD/lebih rendah yaitu 410.287 orang.
Dalam bidang ekonomi di Bali, data dapat dilihat dalam empat hal. Pertama, melalui jumlah penduduk usia kerja dengan laki-laki sebanyak 1.759.253 orang dan perempuan sebanyak 1.749.837 orang. Kedua, melalui jumlah penduduk yang bekerja yaitu laki-laki 1.309.572 orang dan perempuan sebanyak 1.132.282 orang. Ketiga, tingkat partisipasi angkatan kerja untuk laki-laki yaitu 79,44% dan perempuan yaitu 67,61%. Terakhir, penempatan dan pemenuhan tenaga kerja di Provinsi Bali dengan laki-laki sebanyak 1735 orang dan perempuan sebanyak 668 orang.
Dalam bidang politik, data yang bisa dilihat dalam data yang disajikan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali yaitu jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali yang mana laki-laki berjumlah 46 orang dan perempuan berjumlah 9 orang.
Data statistik ini sejalan dengan pengalaman yang dirasakan oleh teman-teman Alit Indonesia yang berasal dari Bali. Ni Kadek Bumi Krismentari, Koordinator Alit Indonesia Wilayah Bali, mengatakan bahwa dalam upacara agama misalnya, terdapat pembagian tugas dimana anak perempuan cenderung membantu membuat canang dan banten, sedangkan anak laki-laki cederung mengerjakan bagian-bagian yang membutuhkan tenaga lebih. Untuk di politik dan kepemimpinan, kebanyakan dipegang oleh laki-laki. Seperti kepala banjar, pemimpin upacara adat, dan lainnya. Perempuan cenderung jarang mendaftar atau jika mendaftar sedikit yang memilih. Sedangkan dalam pekerjaan dan pendidikan, perempuan maupun laki-laki di Bali di dorong untuk mengenyam pendidikan dan bekerja yang lebih baik.
Penulis : Riris Agustina Anggraini
Editor : Ranau Alejandro
Sumber :
BPS Provinsi Bali. (2022). Provinsi Bali Dalam Angka 2022. Bali: BPS Provinsi Bali.
BPS Provinsi Bali. (2022). Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi Bali (Orang), 2019-2021. Retrieved December 9, 2022, from https://bali.bps.go.id/indicator/6/299/1/penduduk-usia-15-tahun-ke-atas-menurut-pendidikan-tertinggi-yang-ditamatkan-dan-jenis-kelamin-di-provinsi-bali.html
Lerner, Gerda. (1986). The Creation of Patriarchy. Oxford: Oxford University Press.
Pahlevi, R. (2022). Indeks Ketimpangan Gender Indonesia, Terburuk di Bidang Politik. Retrieved December 9, 2022, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/07/18/indeks-ketimpangan-gender-indonesia-terburuk-di-bidang-politik
Sadya, S. (2022). WEF: Kesetaraan Gender Indonesia Membaik pada 2022. Retrieved December 9, 2022, from https://dataindonesia.id/ragam/detail/wef-kesetaraan-gender-indonesia-membaik-pada-2022
Tim ALIT Indonesia Wilayah Bali, diwawancarai oleh Riris Agustina Anggraini & Idham Safi, December 2022.
Walby, S. (1990). Theorizing Patriarchy. Oxford: Basil Blackwell.