Bunga mawar dikenal sebagai “Ratu Bunga” yakni simbol atau lambang kehidupan religi dan peradaban manusia. Sebagian para spiritualis menyimbolkan bunga mawar sebagai representasi Ibu Bumi.
Selain itu, bunga mawar kaya akan sarat arti dan makna bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, baik untuk kebutuhan tradisi sehari-hari hingga pemenuhan kebutuhan berbagai sektor industri.
Dalam perkembangannya, bunga mawar menyebar ke daerah beriklim dingin dan panas, yang mana di Indonesia, merekah luas di Desa Karangpring dan Klungkung, Jember, Jawa Timur.
Utamanya Desa Karangpring, kini menjadi ikon Kabupaten Jember sebagai desa penghasil mawar merah beserta dengan olahannya seperti sirup, selai, teh, hingga sesajenan.
Mengingat hal tersebut, Duta Daerah Jember di Desa Karangpring dan Desa Klungkung yang mana wilayahnya bertetangga ini, mempelajari tentang budaya bunga mawar.
Salah satunya yakni petik mawar. Duta Daerah bersama-sama melaksanakan petik mawar dan mempelajari bagaimana baiknya bunga mawar dipanen hingga siap dijual atau diolah.
Pagi hari atau sore hari menjadi waktu yang ideal untuk memetik mawar. Sebab, saat mawar terpapar sinar matahari maka terjadi penguapan air pada mawar yang mana mempengaruhi kualitasnya.
Mawar yang dipetik pada siang hari kandungan air, warna, dan minyak di dalamnnya semakin berkurang.
Setelah mengetahui waktu petik mawar yang ideal, para duta secara langsung mempraktekkan panen bunga mawar. Memotong tangkai bunga pada bagian dasar atau pangkal disertakan beberapa tangkai daun menggunakan alat pemotong seperti gunting atau pisau yang steril.
Usai proses pemetikan bunga mawar, langkah selanjutnya adalah pengumpulan bunga mawar ke dalam wadah yang berisi air bersih. Ini dilakukan agar mawar senantiasa segar.
Setelahnya, bunga mawar dipilih dan digolongkan berdasarkan kebutuhan. Biasanya melihat jenis, ukuran bunga, panjang tangkai bunga, dan warna bunga yang seragam.
Melalui kegiatan petik mawar ini, diharapkan Duta Daerah Jember yakni Duta Desa Karangpring dan Desa Klungkung mengetahui proses ideal memetik mawar sekaligus mengenal potensi desa mereka tanpa meninggalkan kelestarian budaya daerah.***
Penulis : Adelina
Editor : Riris Agustina Anggraini