Liburan semester bagi siswa maupun mahasiswa telah tiba. Walaupun begitu, bukan berarti anak-anak berhenti belajar. Alit Indonesia mengisi momen ini dengan mengadakan berbagai kelas menarik yang juga informatif bagi anak-anak muda untuk lebih mengenal budaya dan tradisi Indonesia.
Alit Indonesia mengadakan berbagai jenis kelas yang bertajuk “Indonesian Heritage Education Workshop”. Ada sembilan jenis kelas yang dilaksanakan dari hari Selasa hingga Sabtu, (20-24/6/2023). Kelas-kelas tersebut adalah kelas batik, kelas membuat jamu tradisional, kelas tata rias dan busana adat, kelas permainan tradisional, kelas meditasi khas Jawa, kelas tenun, kelas memasak hidangan tradisional, kelas menulis aksara Bali di daun lontar, serta kelas menari dan menabuh gamelan tradisional Bali. Kelas ini dilaksanakan di Pendopo Alit Indonesia cabang Bali yang berlokasi di desa Blahbatuh, Gianyar, Bali. Kelas ini bukan hanya sekedar kelas perkenalan tradisi. Namun mengimplementasikan mengenai Hasta Brata yaitu delapan unsur kebudayaan Nusantara.
Yang tidak kalah unik dari kelas Alit Indonesia adalah pelaksanaan kelas yang dilakukan oleh Duta Nasional yang merupakan kumpulan remaja dari desa dampingan Alit Indonesia yang berasal dari Surabaya, Batu Malang, Jember, Sumenep, Flores, dan Bali. Para duta dari berbagai daerah mendapat kesempatan untuk mengenalkan kebudayaan dari desa mereka kepada anak-anak duta yang berasal dari daerah lain, masyarakat lokal, maupun wisatawan asing.
Kelas membatik adalah kelas pertama yang telah terlaksana. Kelas berlangsung selama tiga jam dipandu oleh dua orang Duta Nasional yang berasal dari daerah Sumenep. Tika dan Rian dengan telaten memberi penjelasan mengenai alat dan bahan dalam proses membatik, motif-motif batik, hingga mempraktikan teknik pembuatan batik. Dari kelas tersebut, peserta yang terdiri dari ibu-ibu dan remaja merasa betapa sulitnya membatik, sehingga mereka akan lebih menghargai batik.
Pada hari kedua, dilaksanakan kelas membuat jamu tradisional. Dipandu oleh dua orang duta nasional, yaitu Brian dan Wahyu, dengan peserta remaja dan ibu-ibu. Kelas yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini sukses membuat jamu Sinom serta mencoba jamu beras kencur. Kata Sinom sendiri berasal dari godong enom yang berarti daun muda. Pembuatan jamu ini menggunakan bahan-bahan berupa kunyit, temu kunci, temu lawak, daun asam, asam jawa, gula batu, gula merah, dan es batu, yang merupakan hasil demplot desa dampingan. Jamu Sinom juga penuh dengan khasiat seperti dapat mencerahkan kulit sedangkan jamu beras kencur berkhasiat melancarkan perncernaan dan menambah nafsu makan.
Hari ketiga diisi dengan kelas permainan tradisional yang diikuti oleh anak-anak Merdeka Belajar dari Blahbatuh. Permainan tradisional yang dilakukan adalah permainan patil lele. Permainan ini dikenalkan oleh duta nasional yaitu, Ivan, Wahyu, Rian, dan Brian kepada anak-anak yang sebelumnya sama sekali tidak pernah bermain permainan patil lele. Anak-anak merasa senang dan ingin mengadakan kembali kelas tersebut dikemudian hari.
Kelas tata rias dan busana adat diikuti oleh wisatawan asing, masyarakat lokal, serta duta nasional, kelas yang dipimpin oleh Parra dan Dea berhasil mengenalkan kembali pakaian adat Jawa serta pakem-pakemnya kepada seluruh peserta. Selain adat Jawa, juga dikenalkan tatarias dan busana dari adat Flores. Diikuti oleh turis asing, dan mereka sangat senang dan mengatakan bahwa “tradisi ini sangat menarik”.
—to be continue—
Penulis : Ni Kadek Bumi Krismentari
Editor : Riris Agustina Anggraini