
Belis atau mas kawin dalam tradisi masyarakat Flores, NTT merupakan unsur penting dalam tradisi pernikahan. Di Nusa Tenggara Timur, belis memiliki makna filosofis yang mendalam bagi siapa pun yang terlibat di dalamnya, karena dipandang memiliki nilai-nilai luhur dan sebagai bentuk penghargaan terhadap martabat perempuan, bahkan mencerminkan status sosial dan ekonomi keluarga, serta sebagai ikatan persaudaraan antara pihak laki-laki dan perempuan. Selain itu, secara spiritual, belis dipandang sebagai restu dari leluhur atas pernikahan yang akan dilangsungkan tersebut.
praktik belis di tengah masyarakat merupakan salah satu dari sekian banyaknya rangkaian acara yang harus dilalui ketika seseorang memutuskan untuk menikah. namun, dalam perkembangannya, tak ayal belis mengalami pergeseran makna yang cukup signifikan. beberapa orang berasumsi bahwa belis bukan lagi dilihat sebagai upacara yang syarat makna tetapi hanya sekadar praktik jual beli.
Terkadang, praktik belis dianggap sebagai beban finansial yang harus dibayarkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan, karena nilai belis yang diminta oleh pihak perempuan lebih tinggi, tanpa memperhitungkan kesanggupan dari pihak tertentu. Hal ini kemudian memicu timbulnya masalah ketika pasangan salah satu hamil di luar nikah, beberapa orang beranggapan bahwa, dengan cara seperti ini maka nilai belis bisa di negosiasi sehingga tidak memberatkan pihak laki-laki. Namun, ada harga yang harus dibayar oleh kedua pasangan tersebut antara lain stigma buruk baik dari keluarga maupun masyarakat karena dianggap mencemarkan nama baik keluarga, dan berbagai macam dampak lainnya. Nah, penyelesaian masalah seperti kasus diatas dapat dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain mediasi keluarga kemudian pengakuan dan permintaan maaf, negosiasi dan penetapan belis, kemudian pembayaran belis dan peresmian perkawinan. Meskipun menciptakan pro kontra karena adanya asumsi di tengah masyarakat terkait dengan pelaksanaan belis yang telah melenceng dari fungsi dan nilai utamanya. Namun, eksistensi belis tidak tergerus oleh perkembangan modernisasi. masih banyak tempat yang melaksanakan belis sebagai bentuk penghormatan terhadap harkat dan martabat perempuan. (EA)