Indonesia adalah negara dengan potensi wisata yang besar. Dunia pariwisata di Indonesia memiliki daya tarik yang tentunya akan menguntungkan secara ekonomi bagi wilayah wilayah yang memiliki potensi wisata. Dengan adanya potensi wisata, Pemerintah Indonesia menyiapkan infrastruktur yang mendukung pariwisata, mulai dari akomodasi, akses transportasi, dan sumber daya manusia untuk mendukung industri pariwisata. Sumber daya manusia yang disiapkan akan ditempatkan di bagian-bagian penting untuk industi pariwisata, mulai dari perhotelan, transportasi, dan layanan wisata. Infrastruktur Pendidikan pariwisata juga disiapkan oleh pemerintah. Mulai dari jenjang sekolah menengah kejuruan hingga ke jenjang sarjana. Di masa sekarang, sudah banyak sekolah menengah kejuruan dan universitas yang menyediakan jurusan yang berhubungan dengan pariwisata, seperti tata boga dan hospitality. Hal ini pertanda bahwa pariwisata di Indonesia memiliki prospek yang baik di masa depan.
Tetapi, apakah keberadaan sekolah pariwisata ini memiliki dampak baik? Salah satu daerah yang memiliki potensi wisata luar biasa adalah Kabupaten Banyuwangi. Dengan potensi yang mereka miliki, Kabupaten Banyuwangi mengembangkan ecotourism dengan fokus pada pengembangan fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata seperti hotel, rumah makan, dan fasilitas lainnya. Hasilnya, angka kemiskinan di daerah turun dari 20,4 persen menjadi 7,8 persen, GDP masyarakat meningkat dari Rp 20 juta menjadi Rp 48 juta, dan jumlah wisatawan mancanegara meningkat dari 12.000 menjadi 137.000 orang.
Selain Pariwisata, Kabupaten Banyuwangi beberapa potensi dan inovasi yang signifikan di bidang pertanian. Dengan pengembanganpertanian, daerah ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pertanian yang berkelanjutan. Banyuwangi memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan tanaman khas lokal. SMK pertanian di Banyuwangi juga memiliki jurusan Pertanian. Tujuannya untuk mendukung keberlanjutan pertanian di Banyuwangi. Namun, keberadaan Sekolah Pertanian mulai berkurang. Banyak sekolah pertanian ditutup dan kalah eksis dengan Sekolah Pariwisata. Padahal prospek kedua sekolah ini menguntungkan kedepannya. Dengan banyak ditutupnya sekolah pertanian, dikhawatirkan budaya agrikultur Banyuwangi mengalami kemerosotan.
Perlu diketahui bahwa lingkungan industri termasuk industri pariwisata adalah tempat yang rentan untuk anak. Anak-anak rentan mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual, karena di daerah wisata banyak individu dari berbagai daerah yang berbeda latar belakang dan tidak bisa ditebak perilakunya. Pertama, mereka rentan dieksploitasi karena sebagai siswa magang, sangat mungkin beban yang diberikan hampir sama dengan pegawai tetap namun dibayar lebih rendah atau bahkan tidak dibayar. Kedua, karena murid sekolah menengah kejuruan adalah anak-anak, Keadaan Ketika mereka tidak memiliki pilihan untuk melakukan apapun untuk membiayai hidup mereka atau kekerasan oleh orang dewasa karena mereka berhubungan langsung dengan orang dewasa sangat mungkin terjadi. Hingga kini belum ada aturan yang mewajibkan sekolah untuk membuat mekanisme khusus perlindungan anak di lingkungan magang mengingat resiko-resiko yang para siswa hadapi di lingkungan industri untuk menjamin hak-hak nya selama di tempat magang.
Selain ditingkatkannya perlindungan kepada siswa magang, pertanian lokal tetap harus di lestarikan sebagai bagian dari budaya Banyuwangi. Pertanian tidak hanya bicara tentang ekonomisnya, tetapi juga kemandirian, keluarga dan desa yang berdaya saing. Anak-anak dapat melanjutkan budaya pertanian tersebut dan tidak harus berorientasi pada pariwisata semua. Pengaruh budaya barat yang identik dengan hidup glamor ala turis mancanegara memang menjadi daya tarik anak-anak terjun ke pariwisata, meskipun dengan resiko yang mereka hadapi karena mereka rentan dieksploitasi.
Alit Indonesia melalui Program Dewa Dewi Ramadaya memiliki desa dampingan di Banyuwangi dengan julukan Desa Pembenih, yaitu Desa Sempu di Kecamatan Sempu. Di sana anak-anak dan remaha di didik untuk Bertani dan mengembangkan tempat wisata di desa. Para anak di dorong untuk menyayangi budaya dan desa tempat mereka tinggal mereka tanpa harus mengenyam pendidik sekolah kejuruan. Sehingga diharapkan terciptanya industri pertanian dan pariwisata yang berkelanjutan dan amaman bagi anak.