Sebagai salah satu desa dampingan ALIT Indonesia, Desa Karangpring didukung untuk semakin mengoptimalkan potensi desanya dengan pengolahan lahan yang alami dan organik. Sehingga Bunga mawar yang dihasilkan tidak hanya untuk estetika saja, tapi juga aman untuk dikonsumsi dan diolah. Salah satunya adalah sirup mawar dan bar soap dari ekstrak bunga mawar.
Salah Satu Produk Hasil Olahan Bunga Mawar Jember. (Management Information System Team)
Duta Desa di ALIT wilayah Jember mengambil langkah untuk mempelajari dan mempromosikan budaya bunga mawar di daerah mereka dengan lebih masif. Salah satu aspek dari budaya ini adalah teknik petik mawar yang ideal. “Waktu yang ideal untuk memetik mawar adalah pagi atau sore hari, karena saat sinar matahari terpapar pada mawar, terjadi penguapan air yang dapat mempengaruhi kualitas bunga. Pemetikan pada siang hari dapat mengurangi kandungan air, warna, dan minyak dalam bunga mawar. Jadi bunga mawar yang dipetik keindahan dan kandungannya tidak optimal.” cerita Adelina, salah satu Duta Desa di wilayah Jember.
Salah Satu Warga Desa Memanen Bunga Mawar. (Management Information System Team)
Dengan pengetahuan ini, para Duta Desa langsung mencoba mempraktekkan teknik panen bunga mawar. Mereka memotong tangkai bunga pada bagian dasar atau pangkal dan beberapa tangkai daun, menggunakan alat pemotong yang steril seperti gunting atau pisau. Setelah dipetik, bunga mawar dikumpulkan dalam wadah yang berisi air bersih untuk menjaga kesegarannya.
Langkah berikutnya adalah memilih dan mengelompokkan bunga mawar berdasarkan kebutuhan, termasuk jenis, ukuran, panjang tangkai, dan warna yang seragam. Kemudian, mawar siap dipasarkan maupun diolah sesuai dengan kebutuhan pasar yang ada.***
.
Penulis : Riris Agustina Anggraini
.
Sumber :