Kehadiran Program Dewa Dewi Ramadaya ( Desa Wisata Agro Desa Wisata Industri Ramah Anak dan Berbudaya) yang diusung oleh Yayasan Alit Indonesia, bekerja sama dengan berbagai pihak diantaranya Kementrian Desa PDTT RI , Dirjen Kebudayan Kemendikbud RI, KADIN(Kamar dagang dan Industri) , Kementrian Pemerdayaan dan Perlindungan anak (P3A) RI, Universitas Airlangga dan sponsor dukungan oleh Die Strensinger , Kindermissionwerk , Aachen Germany sangat membantu program pemulihan pariwisata berbasis kebudayaan di tengah situasi seperti ini, terlebih bagi kami anak-anak remaja yang saat ini kebingungan aktivitas apa yang bisa dijalankan setelah pariwisata di Bali ambruk.
Salah satu hal yang bisa kami rasakan dalam program ini adalah keikutsertaan anak-anak remaja menjadi duta bagi desanya. Kami para remaja dari Desa Tampaksiring mendapatkan kesempatan berharga dilatih dan dibimbing memiliki kesadaran memajukan potensi desa untuk membantu pemulihan pariwisata dengan tetap melindungi anak-anak remaja dari kekerasan yang kemungkinan akan ditimbulkan pada aktivitas pariwisata, seperti transaksi seksual di dunia pariwisata, penjualan anak pada kegiatan pariwisata, eksploitasi seksual pada anak atau remaja, wisata seksual anak bahkan perkawinan anak.
Dalam kegiatan Dewa Dewi Ramadaya ini kami dibekali pengetahuan tentang bahaya pelecehan dan eksploitasi seksual pada anak anak dan remaja. Bukan hanya itu, para duta juga dilatih untuk mampu mengangkat potensi kearifan lokal dari desanya dengan kreatifitas masa kini yang bisa kami ciptakan seperti promosi pariwisata lewat sosial media, kegiatan tari dan menabuh (permainan alat musik gambelan) yang sudah diwariskan dari dulu dengan dikemas dengan lebih modern dimana dapat ditampilkan di acara- acara desa yang bersifat untuk umum atau belajar menjadi pemandu wisata untuk desa mereka dengan ekspresi kekinian tanpa meninggalkan warisan nilai budaya.
Kami yang tergabung dalam Duta Desa Tampaksiring Dewa Dewi Ramadaya beranggotakan 20 orang dari 13 banjar yang ada di desa Tampaksiring seperti Bajar Saraseda, Penaka, Mantring , Griya , Tegalsuci, Kelodan, Kawan, Tengah, Buruan , Kulu, Bukit, Eha dan Kulub. Di dalam program Dewa Dewi Ramadaya ini kami berfokus pada 8 unsur kebudayan yaitu wastra (sandang), waskita( spiritual), wicaksana (tata cara atau hukum adat), wisma (bangunan dan lansekap), wareg (makanan), wasis (pendidikan), waras (tata cara kesehatan dan tata cara pengolahan sumber pangan tradisional), dan waruga (gerak fisik motorik olah tubuh, dan pertahanan diri).
Potensi –potensi yang ada di wilayah tempat tinggal kami yang sebenarnya sangat beragam mulai dari keindahan alam hingga keberagaman adat istiadat dan budaya yang ada di sekitar kami. Awalnya kami hanya menjalankannya saja sebagai tanggung jawab. Contohnya, kegiatan adat istiadat yang ada di desa kami hanya menjalankan sebagai rasa tanggung jawab saja namun kurang tahu maksud dan arti dari kegiatan adat tersebut. Adanya program Dewa Dewi Ramadaya ini bukan hanya membangun rasa tanggung jawab kami dalam melestarikan kebudayaan yang kami miliki sebagai suatu yang tidak pernah akan habis jika terus digali dan dikembangkan, juga membimbing kami untuk memiliki kesadaran dan rasa ingin tahu terhadap suatu yang sudah diwariskan kepada kami. Karena tidak lagi bisa diingkari desa kami juga dikenal sebagai desa wisata, jadi sangat penting untuk terus menggali potensi yang ada pada diri kami untuk terus aktif dan berkarya agar mampu memajukan mulai dari hal kecil yaitu dari desa kami.
Harapan saya dan juga pastinya menjadi harapan semua Duta Dewa Dewi Ramadaya ini adalah semoga Program Dewa Dewi Ramadaya ini mampu terus menciptakan dampak positif kepada masyarakat terutama remaja desa akan pentingnya meningkatkan kesadaran budaya, untuk terus aktif dan berkarya dengan tujuan memajukan potensi desa sebagai pondasi awal pembangunan pariwisata berbasis kebudayaan ramah anak serta semoga program ini dapat meningkatkan rasa persaudaraan kami sebagai generasi penerus bangasa agar selalu memiliki rasa tangung jawab dan juga kritis terhadap permasalahan yang terjadi sehingga terus aktif melakukan perubahan menjadi yang lebih baik.
Penulis: Dewa Ayu Diah Laksmi, pelajar, Duta Desa Tampak Siring RAMADAYA