Surabaya, 2 Desember 2022
ALIT INDONESIA – Promosi secara masif dalam sektor pariwisata dilakukan oleh pemerintah Indonesia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dari wilayah yang perekonomiannya bergantung pada sektor pariwisata dari keterpurukan akibat pandemi.
Sejalan dengan itu, pemerintah menargetkan penyerapan 4,4 juta tenaga kerja sektor pariwisata pada tahun 2024. Pemerintah berharap target ini dapat mengurangi jumlah pengangguran. Guna mendukung target tersebut, dibukalah sekolah-sekolah pariwisata baik sekolah menengah maupun perguruan tinggi, dengan harapan dapat melahirkan lulusan sektor pariwisata yang mumpuni. Dimana, siswa siswi yang sekolah nanti akan ada program magang di berbagai perusahaan yang bergerak di sektor pariwisata. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Yayasan ALIT Indonesia, sekitar 70 persen industri pariwisata didukung oleh anak-anak SMK yang melakukan program magang atau praktek kerja industri (prakerin).
Ironinya, gencarnya promosi pariwisata tidak diimbangi dengan Aturan dan penegakan kebijakan yang melindungi pemagang. Mayoritas pemagang adalah pekerja di bawah umur. Kurangnya perlindungan ini membuat angka pelecehan dan kekerasan semakin hari semakin meningkat.
Berdasarkan data input per Januari 2022 hingga saat ini dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), telah terjadi 23.104 kasus kekerasan di Indonesia dengan 21.000 kasus dialami oleh perempuan. Lebih seramnya lagi, 10.444 kasus kekerasan adalah kekerasan seksual, eksploitasi, dan trafficking. Tidak hanya terjadi pada perempuan, 8.268 kasus dialami oleh pelajar berumur 13-18 tahun, yang mana mereka termasuk ke dalam golongan anak di bawah umur.
Di Indonesia, kasus kekerasan tertinggi diduduki oleh Provinsi Jawa Timur dengan wilayah ujung timur seperti Banyuwangi dan Jember menduduki peringkat 10 besar. Banyuwangi dan Jember memiliki letak wilayah yang berdekatan dengan Bali, yang hingga kini masih menjadi primadona destinasi pariwisata dunia. Fakta ini yang menjadi salah satu faktor pendorong siswa siswi untuk mengambil program magang di Bali dengan harapan mendapat peluang kerja yang lebih baik.