Minggu, 22 Januari 2023, Koordinator Duta Nasional (Ivan) ditemani oleh Perwakilan Duta Nasional (Dea) dan perwakilan MIS (Rama) berkunjung ke salah satu wilayah dampingan ALIT Indonesia yang paling jauh ke arah timur, yakni Desa Sikka dan Desa Ladogahar, Kab. Sikka, NTT.
Perjalanan dimulai dengan keberangkatan tim dari Surabaya menaiki pesawat. Perjalanan ke Bandara Franseda, Maumere dengan transit di Bandara Eltari, Kupang. Tim sampai di Bandara Franseda, Maumere pada siang hari dan dijemput oleh staff yang ada di daerah menuju ke kantor ALIT Indonesia yang berlokasi di desa Nita, Kab. Sikka.
Hari kedatangan dimulai dari koordinasi kegiatan, penjadwalan, perincian konsumsi, serta peserta kegiatan. Kegiatan kali ini merupakan Roadtrip Duta Nasional dengan membawa materi “Selling and Marketing, Basic Photography, dan Praktik pembuatan Sabun dari VCO” serta pengambilan video konten untuk konten ALIT Indonesia.
Setelah berunding panjang, akhirnya diputuskan untuk kegiatan materi untuk Duta akan digabung dalam 1 hari dan 1 lokasi di Desa Sikka, Kab. Sikka.
Materi dilaksanakan pada hari Senin, 23 Januari 2023 yang dihadiri oleh sekitar 15 remaja Duta Daerah dan didampingi oleh staf daerah. Forum dimulai dengan perkenalan melalui metode “berburu harta karun”.
Pada sesi ini teman-teman mendapat challenge untuk mengenal temannya dari barang yang ditemukannya namun tidak boleh berisik dan berpindah tempat. Permainan dimulai, mereka panik dan menggunakan berbagai bahasa mulai bahasa mulut hingga isyarat.
Waktu berjalan hingga 5 menit dan semua terdiam. “ayo dimulai, aku tunjuk salah satu dari kalian, nanti dilanjut oleh rang yang barangnya ditemukan” sejenak mereka terlihat santai karena sudah mencatat data temannya, namun ketika ada aturan “yuk catetannya ditutup dulu” semua langsung berkeringat dingin.
Permainan berjalan lancar, semua tertawa ketika ada yang salah menyebut nama, hobi, makanan favorit dll. Khususnya nama yang paling mereka persulitkan dimana nama mereka rata-rata berasal dari bahasa latin yang artikulasinya berbeda dengan bahasa Indonesia.
Lima orang salah menyebutkan dan menerima hukuman dari teman-teman untuk menari dengan lagu tren yang ada di kota. Awalnya mereka malu hingga akhirnya mereka menari dan tertawa lepas didepan teman-temannya.
Materi dimulai, yang pertama adalah “Selling and Marketing” . Pada materi ini diawali dengan materi pengantar yakni penjabaran singkat tentang hasta brata, tugas duta, dan urgensi yang ada di masyarakat.
Setelah penyampaian materi pengantar masuk pada materi “Basic Selling and Marketing” dimana mereka mendapat penjelasan dasar dari cara menjual, bentuk promosi, brand dsb.
Setelah merasa pusing dengan materi singkat yang mungkin tidak pernah mereka dapat dimsekolah, dilanjutkan materi yang sedikit santai yang dipimpin oleh perwakilan MIS (Rama) tentang “Basic Photography” dengan penjelasan bagaimana cara memotret yang baik, angel yang diambil seperti apa, dan referensi seperti apa foto yang baik dan benar.
Setelah mendapat materi, mereka diminta untuk melakukan Hunting foto dengan temannya disekitar ruangan forum dan di konsultasikan ke fasiliator.
Setelah materi fotografi, dilanjut dengan melakukan praktik pembuatan sabun yang dipimpin oleh Duta Nasional (Dea) sebagai fasilitatornya. Materi dimulai dengan menghubungkan dari pengantar “Selling and Marketing” hingga challenge untuk teman teman membuat dokumentasi berupa foto atau video ketika proses pembuatan sabun.
Fasilitator menjelaskan bahan apa yang digunakan, APD yang harus dikenakan, Takaran bahan, hingga cara kerja atau langkah-langkah pembuatan sabun.
Setelah melakukan forum mulai pagi hingga pukul 13.00, mereka mulai lelah dan bosan. Kami mengajak mereka untuk memasak ikan hasil tangkapan laut. Kami membuat berbagai jenis makanan mulai dari ikan bakar, kuah asam, ikan goreng, hingga sayur sayuran.
Menikmati makanan yang melimpah dari hasil bumi ditemani suara deburan ombak dipinggir pantai dan meminum air kelapa muda menjadi sensasi paling menyenangkan dan membuat kami ingin kembali ke Sikka.
Waktu istirahat selesai, kemudian materi terakhir yakni “Trip Design” yang dimulai dari pembuatan tabel potensi desa dengan pedoman hasta brata, yang kemudian dilanjutkan dengan membuat sebuah peta untuk turis yang ingin berkunjung ke desa mereka.
Tim terbagi menjadi 2 yakni Desa Sikka dan Desa Ladogahar, mereka menghabiskan waktu banyak dengan berdebat, berkonsultasi, mencari informasi, hingga menjadi sebuah peta seperti halnya bentuk peta komunitas yang mereka dapat pada materi perlina semasa kecil mereka namun sedikit dimodifikasi sesuai kebutuhan mereka.
Desa Ladogahar memfokuskan trip yang mereka buat pada pegunungan, kebun, sumber air, dan museum di kota, karena jarak yang tidak jauh serta akses yang mudah. Namun pada desa Sikka yang terletak di daerah pesisir, mereka membuat sebuah trip dengan fokus pada pantai, peninggalan sejarah, hingga kuliner hasil laut.
Setelah peta jadi mereka mempresentasikannya dengan bangga. Forum akhirnya diakhiri dengan berdoa dan foto bersama di Pantai Pasir Putih, Desa Sikka, Kab. Sikka, NTT.***
Penulis : Muhammad Ranah Nirvananda
Editor : Riris Agustina Anggraini