Gambar Ilustrasi. Sumber: Freepik.com
ALIT INDONESIA – Wastra menjadi sebuah komponen penting dalam kelangsungan hidup manusia. Wastra Tidak sekedar keindahan saja, namun Wastra juga memiliki banyak fungsi. Mulai dari menutupi dan melindungi tubuh, menghangatkan tubuh ketika dingin, hingga sebagai bahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi tergantung nilai dari masing-masing Wastra. Tapi apakah pernah terpikir, bagaimana manusia bisa memiliki ide mengenai Wastra? Apa yang membuat mereka terinspirasi? Sejak kapan? Bagaimana Wastra pada masa lalu? Apakah sama dengan yang kita pakai sekarang?
Wastra yang ada di sekitar kita sekarang, berawal dari kebutuhan manusia untuk menutupi dan menghangatkan tubuh di masa lalu. Manusia pada awalnya memakai kulit hewan dan tumbuhan untuk menutupi dan menghangatkan tubuh mereka.
Pakaian dan tekstil mencerminkan bahan dan teknologi yang tersedia di berbagai peradaban pada waktu yang berbeda. Keragaman dan distribusi pakaian dan tekstil dalam suatu masyarakat mengungkapkan adat dan budaya yang berkembang dalam kelompok masyarakat tersebut.
Mengenakan pakaian secara eksklusif merupakan karakteristik dari berbagai budaya yang berkembang di masyarakat. Terdapat ketidaksepakatan di antara para ilmuwan tentang kapan manusia mulai mengenakan pakaian. Namun, penelitian yang melibatkan evolusi kutu badan menunjukkan bahwa wastra ditemukan sekitar 170.000 tahun yang lalu.
Antropolog percaya bahwa kulit binatang dan tumbuh-tumbuhan diadaptasi menjadi penutup sebagai perlindungan dari dingin, panas, dan hujan, terutama saat manusia bermigrasi ke wilayah dengan iklim yang baru.
Sejarah tekstil hampir setua peradaban manusia. Seiring berjalannya waktu, sejarah tekstil semakin diperkaya dan semakin beragam. Tenun sutera diperkenalkan ke India sekitar tahun 400 M, sedangkan pemintalan kapas sudah ada sejak 3000 SM di India.
Pada dasarnya, pembuatan Wastra dan tekstil terinspirasi dari laba-laba yang membuat sarangnya. Ini yang kemudian dikembangkan manusia sehingga terwujud teknik merajut dan memintal benang.
Pada akhir zaman batu di wilayah Timur Tengah, tekstil yang berkembang berupa Wastra kempa atau pintalan serat yang dibuat menjadi benang. Benang tersebut kemudian dijaring, dirajut atau ditenun untuk selanjutnya dibuat selembar Wastra.
Metode produksi Wastra dan tekstil terus berkembang hingga sekarang. Semakin beragamnya pilihan tekstil yang tersedia, membuat budaya yang berkembang juga semakin beragam. Tekstil dan Wastra yang ada juga mempengaruhi cara seseorang membawa barang miliknya, berpakaian, hingga mengatur dan menghias sekitarnya berdasarkan estetika yang berkembang.
Banyak sumber-sumber yang tersedia untuk dijadikan referensi bagi orang-orang yang ingin belajar tentang sejarah Wastra dan tekstil, yang merupakan bagian dari material culture studies. Diantaranya meliputi sisa-sisa material yang ditemukan melalui kegiatan arkeologi dan eskavasi, representasi teksil dan pembuatannya dalam seni, hingga berbagai dokumen yang ditemukan mengenai pembuatan, perolehan, penggunaan serta perdagangan Wastra, peralatan pembuatan Wastra, dan garmen.
Fakta menariknya, sejarah Wastra dari berbagai peradaban tidak lepas dari campur tangan perempuan. Hal ini juga tidak lepas dari sejarah pembagian kerja yang mana perempuan lebih terfokus pada sektor domestik di masa lalu. Ditambah kebutuhan untuk menghangatkan anaknya ketika musim dingin atau cuaca yang dingin, membuat gagasan membuat Wastra kian berkembang.
Penulis : Riris Agustina Anggraini
Editor : Ranau Alejandro
Sumber :
Grömer, K. (2016). The Art of Prehistoric Textile Making : The development of craft traditions and clothing in Central Europe. Vienna: Naturhistorisches Museum Wien.