Dalam tradisi keagamaan masyarakat Suku Tengger, terdapat sebuah tradisi yang diperingati setiap tahunnya yaitu Upacara Yadnya Kasada. Yadnya Kasada dirayakan untuk memperingati awal bulan Kaso atau tepatnya tanggal 15 panglong 1, tahun baru dalam kalender Suku Tengger.
Salah satu elemen penting dalam upacara ini adalah membawa seserahan atau sesaji dari tiap desa yang disebut hongkek. Hongkek merupakan hasil bumi desa yang dirangkai di bagian kiri dan kanan tongkat panjang dan dibawa dengan cara dipanggul.
Seserahan hongkek memiliki makna sebagai persembahan kepada Tuhan dan leluhur. Kata hongkek berasal dari 2 kata yaitu “hong” yang berarti Tuhan dan “kek” yang berarti leluhur.
Tradisi membawa hongkek merupakan ekspresi ucapan syukur masyarakat Suku Tengger atas hasil bumi yang melimpah dalam panen tahun tersebut. Namun, ada aturan khusus terkait pembawaan hongkek dalam upacara Yadnya Kasada.
Biasanya, seserahan hongkek wajib dibawa dalam upacara Yadnya Kasada, kecuali jika ada seseorang yang meninggal dunia pada tanggal 1 sampai 15 bulan Kaso. Jika ada sandungan atau warga yang meninggal, mereka percaya bahwa roh mereka akan membantu warga desa dalam upacara sehingga warga desa tidak membawa hongkek. Namun, warga desa akan tetap membawa persembahan hasil bumi mereka masing-masing untuk dipersembahkan di kawah gunung Bromo.
Pada tahun ini, Tim ALIT Indonesia bersama dengan rombongan Desa Ngadiwono mengikuti upacara Yadnya Kasada. Setelah semua perlengkapan terkumpul, warga berkumpul di Rumah Romo Dukun Pandita Puja Pramana. Warga dalam suasana penuh sukacita namun sakral, bersama-sama menuju Gunung Bromo dengan iringan musik slompret dan gamelan yang dipanggul.
Sebelum memasuki area suci Gunung Bromo, rombongan berhenti di Mungal untuk melakukan ibadah membuka gerbang. Mungal merupakan tempat suci yang terletak di tepi jalan utama menuju Gunung Bromo yang dipercaya sebagai gerbang menuju area suci Bromo.
Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Gunung Bromo, tepatnya untuk beribadah di Sanggar Poten atau Pura Agung Poten Gunung Bromo. Setelah persembahan warga didoakan satu persatu, warga naik ke puncak gunung dan melemparkan sesaji ke dalam kawah Bromo sebagai persembahan mereka kepada alam.
Penulis : Riris Agustina Anggraini
Editor : M. Ranau Alejandro